UNTAG Surabaya Target Cetak Ribuan Pengusaha Muda

Surabaya42 Views

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya atau UNTAG Surabaya tengah bertransformasi menjadi kampus yang tak hanya mencetak sarjana, tetapi juga melahirkan ribuan pengusaha muda. Program bertajuk UNTAG Target Cetak Pengusaha ini menjadi langkah nyata kampus merah putih dalam memperkuat budaya kewirausahaan di dunia pendidikan tinggi.

Kampus yang berdiri sejak 1945 itu menilai, tantangan masa depan tidak lagi sekadar soal mencari pekerjaan, tetapi bagaimana menciptakan lapangan kerja baru. “Kami ingin setiap lulusan tidak hanya membawa ijazah, tapi juga membawa mimpi dan rencana usaha,” ucap salah satu pimpinan UNTAG Surabaya dalam peluncuran program tersebut.

“Lulusan sejati bukan yang cepat dapat kerja, tetapi yang cepat berani membuka pekerjaan bagi orang lain.”

Visi Kampus Unggul dan Jiwa Wirausaha

Visi UNTAG Surabaya adalah membentuk mahasiswa yang mandiri, berdaya saing, dan berkarakter nasionalis. Program pencetakan pengusaha muda menjadi perwujudan visi itu, dengan menggabungkan pendidikan akademik dan praktik bisnis nyata di lingkungan kampus.

Mahasiswa diarahkan untuk memiliki pola pikir kreatif, inovatif, dan berani mengambil risiko. Melalui pendekatan ini, UNTAG ingin menanamkan nilai-nilai kemandirian sejak dini agar mahasiswa tidak hanya bergantung pada lapangan kerja formal.

Kurikulum yang Menyatu dengan Dunia Usaha

Program kewirausahaan UNTAG tidak berdiri sendiri, melainkan terintegrasi dalam kurikulum lintas fakultas. Mahasiswa dari berbagai jurusan diberi kesempatan untuk mengambil mata kuliah bisnis, magang di industri kreatif, dan mengikuti kompetisi startup yang rutin digelar di kampus.

Kegiatan ini tidak hanya menambah pengalaman, tetapi juga melatih kemampuan problem solving, komunikasi bisnis, dan negosiasi. Dengan dukungan dosen yang memiliki pengalaman industri, mahasiswa dibimbing membangun ide usaha yang relevan dengan kebutuhan pasar.

Inkubasi Bisnis dan Kolaborasi Industri

Kampus juga mendirikan inkubator bisnis yang menjadi wadah pengembangan ide mahasiswa menjadi prototipe usaha nyata. Program ini tidak hanya menyediakan fasilitas ruang kerja dan bimbingan mentor, tetapi juga menghubungkan mahasiswa dengan investor dan pelaku industri.

Dalam salah satu kegiatan, mahasiswa UNTAG bahkan berkolaborasi dengan pelaku percetakan lokal untuk membuat marketplace jasa cetak buku dan media digital. Kolaborasi tersebut memperlihatkan bagaimana teori di kelas diterjemahkan menjadi aktivitas ekonomi riil.

“Bisnis lahir bukan dari ide besar, tapi dari keberanian kecil untuk mencoba,” begitu ungkapan populer di kalangan mahasiswa UNTAG.

Pilar Strategis Program Cetak Pengusaha

Target mencetak ribuan pengusaha muda ini tidak dibuat tanpa peta jalan. UNTAG menyusun strategi dengan tiga pilar utama: pendidikan kewirausahaan, inkubasi usaha, dan penguatan jejaring industri.

Pilar Pertama: Pendidikan dan Mindset

Langkah awal adalah membangun entrepreneurial mindset sejak mahasiswa baru. Setiap semester, kampus mengadakan pelatihan dasar kewirausahaan, seminar motivasi bisnis, hingga bootcamp startup. Mahasiswa dilatih untuk mengenali potensi diri, membaca peluang pasar, dan mengelola risiko.

Pendekatan ini terbukti efektif menumbuhkan kepercayaan diri. Banyak mahasiswa yang mulai berani membuka usaha kecil, seperti produk kuliner, desain grafis, dan digital marketing. Kampus memberi dukungan promosi dan fasilitas pameran agar mereka bisa memperkenalkan produknya.

Pilar Kedua: Inkubasi dan Pembiayaan

UNTAG membentuk unit inkubasi bisnis yang bertugas mendampingi mahasiswa dari tahap ide hingga implementasi. Dalam tahap ini, mahasiswa bisa mendapatkan akses modal awal melalui kerja sama dengan lembaga keuangan mitra kampus.

Pendampingan tidak berhenti pada pemberian modal. Mahasiswa dibekali pelatihan manajemen keuangan, branding, serta strategi digital marketing. Dengan begitu, usaha mereka tidak berhenti di ide, tetapi benar-benar bisa bertumbuh dan bertahan di pasar kompetitif.

Pilar Ketiga: Ekosistem dan Jejaring

Kampus memahami bahwa membangun pengusaha tidak cukup dengan pelatihan, melainkan juga jaringan. Karena itu, UNTAG rutin menggelar entrepreneur talk, mengundang alumni sukses, pelaku usaha lokal, hingga investor.

Dari kegiatan ini lahir komunitas wirausaha muda UNTAG yang aktif bertukar pengalaman, berbagi peluang bisnis, dan menjalin kemitraan lintas sektor. Ekosistem yang sehat ini menjadi fondasi agar mahasiswa bisa terus berkembang bahkan setelah lulus.

“Jejaring adalah bahan bakar utama dalam dunia wirausaha. Tanpa relasi, ide secemerlang apapun sulit menyala.”

Tantangan dan Dinamika di Lapangan

Menyiapkan ribuan pengusaha muda bukan perkara mudah. UNTAG menyadari masih ada tantangan besar yang perlu dihadapi baik dari sisi internal maupun eksternal.

Tantangan Internal Kampus

Perubahan paradigma mahasiswa menjadi tantangan terbesar. Masih banyak mahasiswa yang berpikir kuliah semata-mata untuk mencari pekerjaan tetap. Untuk itu, kampus terus melakukan edukasi agar mahasiswa berani memilih jalur wirausaha.

Kendala lain adalah ketersediaan sumber daya seperti mentor bisnis dan fasilitas pendukung. Kampus kini tengah memperluas kerja sama dengan pelaku industri agar bimbingan yang diberikan lebih aplikatif.

Tantangan Eksternal dan Kompetisi Pasar

Selain tantangan internal, dunia luar juga menghadirkan persaingan yang ketat. Ekonomi digital membuat model bisnis berubah cepat, sementara daya tahan startup baru sering kali belum kuat menghadapi tekanan pasar.

UNTAG mencoba mengantisipasi hal ini dengan membekali mahasiswa kemampuan adaptif, riset pasar, serta penggunaan teknologi digital agar usaha mereka tetap relevan.

“Tantangan pasar bukan alasan untuk mundur, justru menjadi ujian pertama seorang pengusaha sejati.”

Peluang dan Dampak Positif bagi Daerah

Di balik tantangan tersebut, peluang besar terbentang lebar. Jawa Timur sebagai provinsi dengan basis UMKM terbesar di Indonesia memiliki potensi luar biasa bagi pengusaha muda. UNTAG melihat celah ini sebagai momentum untuk mendorong ekonomi kreatif berbasis kampus.

Mahasiswa yang berhasil menciptakan usaha di bidang kuliner, teknologi, dan desain terbukti memberi efek domino terhadap lingkungan sekitar. Mereka membuka lapangan kerja bagi teman sebaya, melibatkan komunitas lokal, dan mendorong perputaran ekonomi daerah.

Dengan dukungan pemerintah dan dunia industri, kampus optimis bisa menjadikan Surabaya sebagai pusat lahirnya generasi wirausaha baru di Indonesia bagian timur.

Suara Mahasiswa dan Alumni

Mahasiswa UNTAG menyambut program ini dengan antusias. Banyak di antara mereka yang menilai bahwa kuliah kini terasa lebih relevan dengan kebutuhan dunia nyata.

“Saya dulu hanya ingin kerja kantoran, tapi setelah ikut program ini saya jadi ingin punya usaha sendiri,” ujar salah satu mahasiswa jurusan manajemen.

Alumni UNTAG juga turut mendukung dengan menjadi mentor dan membuka peluang magang di perusahaan mereka. Sinergi antara mahasiswa, alumni, dan industri membuat program ini terasa hidup dan berkelanjutan.

“Kesuksesan tidak lahir dari keberuntungan, tapi dari kebiasaan berproses meski gagal berulang kali.”

Rencana Ke Depan dan Harapan Kampus

UNTAG Surabaya berencana memperluas program Target Cetak Pengusaha hingga mencakup lintas disiplin ilmu. Tidak hanya jurusan ekonomi, tetapi juga teknik, komunikasi, dan desain akan diarahkan agar memiliki orientasi bisnis.

Kampus juga menyiapkan kerja sama dengan lembaga permodalan nasional dan digital platform untuk memudahkan mahasiswa mengakses pembiayaan serta pasar daring.

Ke depan, UNTAG berharap dapat melahirkan 5.000 pengusaha muda dalam lima tahun ke depan. Angka ini dianggap realistis dengan melihat semangat mahasiswa dan dukungan seluruh civitas akademika.


Program UNTAG Target Cetak Pengusaha menjadi bukti bahwa pendidikan tinggi kini bergerak lebih jauh dari sekadar akademis. Kampus tidak lagi hanya mencetak lulusan, melainkan membentuk karakter, kemandirian, dan semangat inovasi bagi generasi muda.

“Kampus yang hebat bukan hanya menghasilkan lulusan pintar, tapi juga melahirkan pengusaha yang berani.”