Makam Peneleh di Surabaya merupakan salah satu kawasan bersejarah yang memendam kisah panjang perjalanan bangsa. Di balik batu-batu nisan tua dan pepohonan rindang yang menaungi kompleks pemakaman ini, tersimpan jejak tokoh-tokoh penting yang membentuk wajah Indonesia modern. Namun di tengah pesona sejarah itu, kondisi sebagian area makam kini dinilai memprihatinkan. Wakil Wali Kota Surabaya, Armudji, menegaskan perlunya sentuhan revitalisasi agar Makam Peneleh tidak hanya menjadi tempat peristirahatan terakhir para pahlawan, tetapi juga simbol kebanggaan kota.
“Sejarah tidak akan punya arti jika kita biarkan saksi-saksinya lapuk dan tertutup debu,” ujar Armudji dalam kunjungannya ke lokasi beberapa waktu lalu.
Makam Peneleh dan Sejarah Kota Surabaya
Kompleks Makam Peneleh berdiri di kawasan yang menjadi saksi lahirnya peradaban awal Surabaya. Di sini, tokoh-tokoh besar seperti Soetomo, pendiri Boedi Oetomo, dimakamkan bersama ratusan tokoh Belanda dan pribumi yang berperan penting pada masa kolonial. Setiap batu nisan membawa cerita tentang perjuangan, cinta, hingga perjumpaan dua budaya yang pernah berbaur di kota pelabuhan ini.
Sejarawan lokal kerap menyebut Peneleh sebagai “museum terbuka” yang menyimpan kisah hidup masyarakat Surabaya tempo dulu. Beberapa peneliti bahkan menjadikan kompleks makam ini sebagai sumber riset penting untuk memahami interaksi sosial antara pribumi dan kolonial pada abad ke-19. Namun sayangnya, pesona sejarah itu perlahan memudar karena kurangnya perhatian terhadap kebersihan dan perawatan.
Kondisi Makam yang Memerlukan Perhatian Serius
Saat ini, sebagian area Makam Peneleh tertutup semak, nisan-nisan tua banyak yang miring atau rusak, bahkan ada bagian pagar yang tampak usang. Warga sekitar dan pemerhati sejarah berulang kali menyuarakan keprihatinan atas kondisi tersebut. Tak jarang, makam ini juga dijadikan tempat singgah bagi mereka yang tidak berkepentingan, yang tentu dapat merusak suasana sakral dan estetika kawasan.
Armudji menyoroti hal itu dengan serius. Ia menyebut bahwa Makam Peneleh bukan sekadar tempat bersejarah, tetapi bagian dari identitas kota yang harus dijaga. Dalam pandangannya, revitalisasi makam perlu dilakukan secara menyeluruh, tanpa menghilangkan nilai-nilai sejarah yang melekat di dalamnya.
“Kita perlu memoles, bukan merombak. Ini soal menjaga ruh sejarah tanpa menghapus orisinalitasnya,” tutur Armudji.
Upaya Pemkot Surabaya dalam Menjaga Warisan Budaya
Pemerintah Kota Surabaya sebenarnya telah memulai sejumlah langkah konservatif untuk merawat kawasan Peneleh. Tahun-tahun sebelumnya, beberapa bagian makam telah dibersihkan dan diberikan papan informasi untuk membantu pengunjung mengenali tokoh-tokoh yang dimakamkan. Namun menurut Armudji, langkah itu masih jauh dari cukup.
Ia menilai perlunya sinergi antara pemerintah, akademisi, komunitas heritage, dan masyarakat sekitar. Perawatan tidak bisa hanya bergantung pada kegiatan insidental, melainkan harus menjadi program berkelanjutan. Dengan demikian, kawasan Peneleh bisa kembali hidup sebagai ruang edukatif dan wisata sejarah.
Potensi Wisata Heritage di Peneleh
Peneleh sebenarnya memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata heritage kelas dunia. Dengan letaknya yang strategis di tengah kota, kawasan ini bisa menjadi pusat edukasi sejarah bagi generasi muda sekaligus daya tarik bagi wisatawan domestik dan mancanegara. Beberapa tahun terakhir, sudah ada inisiatif dari komunitas pecinta sejarah yang menggelar tur jalan kaki bertema “Jejak Peneleh”, namun kegiatan ini belum sepenuhnya mendapat dukungan infrastruktur yang memadai.
Bayangkan jika Makam Peneleh ditata rapi dengan pencahayaan malam yang lembut, area taman yang bersih, dan jalur khusus bagi pejalan kaki yang ingin mengenal sejarah Surabaya dari dekat. Peneleh dapat menjadi ikon wisata yang tak hanya menghadirkan kisah masa lalu, tetapi juga memberi kebanggaan baru bagi warga kota.
“Kita punya aset luar biasa yang sering dilupakan. Padahal, kalau dikelola dengan baik, Peneleh bisa jadi Venice-nya sejarah di Surabaya,” ujar Armudji dengan penuh semangat.
Dukungan Masyarakat dan Komunitas Sejarah
Kesadaran masyarakat terhadap pelestarian situs sejarah kini semakin meningkat. Komunitas seperti Roodebrug Soerabaia, Heritage Society, dan berbagai lembaga pendidikan turut aktif mengedukasi warga untuk menjaga kebersihan dan nilai-nilai historis kawasan Peneleh. Mereka secara rutin melakukan kegiatan bersih-bersih, dokumentasi, hingga pameran foto sejarah yang mengangkat kisah para tokoh yang dimakamkan di sana.
Kolaborasi semacam ini menurut Armudji perlu terus diperkuat. Ia mengajak warga untuk melihat Makam Peneleh bukan sebagai kuburan tua yang menyeramkan, melainkan sebagai ruang refleksi dan kebanggaan. Pemerintah pun berencana menyiapkan program pemberdayaan masyarakat sekitar agar turut mendapat manfaat ekonomi dari geliat wisata sejarah di kawasan tersebut.
Tantangan dalam Proses Revitalisasi
Revitalisasi kawasan sejarah tentu tidak lepas dari tantangan. Salah satu hambatan utama adalah keseimbangan antara pelestarian dan penataan modern. Armudji menegaskan bahwa setiap langkah harus mempertimbangkan nilai historis dan spiritual yang melekat di Peneleh. Ia tidak ingin pemugaran malah menghilangkan karakter asli tempat itu.
Selain itu, pendanaan menjadi isu penting. Diperlukan anggaran yang tidak kecil untuk melakukan perbaikan fisik, penataan lanskap, hingga pengadaan fasilitas pendukung wisata seperti papan informasi digital dan sistem pencahayaan malam. Namun bagi Armudji, hal itu bukan alasan untuk menunda.
“Kalau bicara nilai, tidak sebanding dengan uang. Sejarah adalah warisan yang tak ternilai, dan generasi setelah kita berhak mengenalnya dalam kondisi terbaik,” ucapnya tegas.
Peneleh sebagai Simbol Identitas Kota Tua
Surabaya dikenal sebagai kota pahlawan, tempat lahirnya semangat juang dan nasionalisme. Namun simbol kepahlawanan itu tidak hanya terpahat di Tugu Pahlawan atau Gedung Juang. Ia juga hidup di tempat-tempat sunyi seperti Peneleh, di mana tokoh-tokoh besar beristirahat. Revitalisasi kawasan ini menjadi langkah penting untuk memperkuat identitas kota yang berakar pada nilai perjuangan dan keberagaman.
Kawasan Peneleh juga memiliki potensi untuk disinergikan dengan kampung-kampung bersejarah di sekitarnya seperti Kampung Lawas Maspati dan Kampung Arab Ampel. Dengan konsep jalur wisata sejarah terpadu, pengunjung bisa menikmati pengalaman berbeda, berjalan kaki menyusuri lorong-lorong tua, mendengar kisah dari warga lokal, hingga singgah di kafe bergaya kolonial yang memadukan suasana masa lalu dengan nuansa kekinian.
Peran Generasi Muda dalam Merawat Sejarah
Armudji juga menekankan pentingnya peran generasi muda dalam menjaga keberlanjutan sejarah. Ia berharap anak muda Surabaya tidak hanya mengenal sejarah melalui buku, tetapi juga dengan terjun langsung melihat warisan kotanya. Menurutnya, pendekatan kreatif seperti kegiatan fotografi, vlog heritage, hingga festival sejarah bisa menjadi cara efektif menumbuhkan rasa cinta terhadap kota.
Bahkan, ia mengusulkan agar sekolah-sekolah memasukkan kegiatan kunjungan ke situs sejarah seperti Peneleh dalam kurikulum lokal. Dengan begitu, pelestarian tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga bagian dari pendidikan karakter.
“Anak muda adalah pewaris sejarah. Kalau mereka tidak diajak mencintai kotanya, maka kita akan kehilangan arah,” katanya penuh makna.
Membangun Ekosistem Warisan Budaya yang Berkelanjutan
Peneleh hanyalah satu dari sekian banyak situs bersejarah di Surabaya yang membutuhkan perhatian. Namun keberhasilannya bisa menjadi contoh bagi pengelolaan kawasan heritage lain seperti Balai Pemuda, Jembatan Merah, hingga Gedung Internatio. Armudji menginginkan agar pemerintah kota memiliki peta jalan pelestarian warisan budaya yang terintegrasi, lengkap dengan dukungan regulasi, anggaran, dan partisipasi publik.
Menurut beberapa pengamat tata kota, langkah ini sejalan dengan visi Surabaya sebagai kota modern yang tetap berakar pada sejarahnya. Sebab, daya tarik kota tidak hanya terletak pada gedung-gedung tinggi dan pusat perbelanjaan, tetapi juga pada jejak masa lalunya yang hidup di tengah masyarakat.
Pesan Moral di Balik Perawatan Makam Peneleh
Lebih dari sekadar proyek infrastruktur, upaya memoles Makam Peneleh memiliki makna moral yang mendalam. Ini tentang menghargai jasa para pendahulu, menumbuhkan rasa cinta tanah air, dan menanamkan kesadaran bahwa sejarah tidak pernah benar-benar mati. Ia hidup dalam setiap batu, setiap pohon, dan setiap doa yang terucap di tempat-tempat seperti Peneleh.
Surabaya telah membuktikan dirinya sebagai kota yang tangguh menghadapi perubahan zaman. Kini, tantangan berikutnya adalah menjaga agar nilai sejarah tidak terkubur di bawah deru pembangunan. Seperti yang diungkapkan Armudji, revitalisasi bukan hanya soal fisik, tetapi juga tentang menghidupkan kembali semangat yang pernah menyala di masa lalu.
“Kalau kita ingin maju, jangan lupakan akar. Dan salah satu akarnya ada di Peneleh.”
Harapan Baru untuk Peneleh
Dengan dukungan penuh dari pemerintah kota dan masyarakat, Peneleh diharapkan dapat menjadi contoh harmonisasi antara pelestarian sejarah dan kemajuan kota. Penataan ulang area makam, perbaikan fasilitas umum, serta promosi wisata edukatif bisa menjadikan kawasan ini hidup kembali tanpa kehilangan nilai aslinya. Banyak pihak optimistis bahwa dalam beberapa tahun ke depan, Peneleh akan menjelma menjadi destinasi kebanggaan Surabaya, sejajar dengan situs-situs sejarah dunia lainnya.
